Ketika angin tertiup bagai badai
Disaat itu aku terjatuh dan tak mampu
Aku mulai berandai..
Apa aku harus berdiri atau hanya senyum semu?
Namun, ketika kayu mulai lapuk
Ketika tak terasa lagi aroma asam jeruk
Tak mampu aku mengolah
Bukan gubuk, hanya sampah
Aku bahkan tidak butuh kesempatan
Untuk lari dan tetap tegak
Seperti paku pada papan
Tampak jelas reruntuhan kelopak
Berikan aku sayap, untuk terbang
Berikan aku peta, hingga jejakku mencapai sabang
Kala aku ingin bebas
Berikan aku rantai yang tak lepas
Aku..bersama jeruji
Bukan yang lain, namun janji.
Disaat itu aku terjatuh dan tak mampu
Aku mulai berandai..
Apa aku harus berdiri atau hanya senyum semu?
Namun, ketika kayu mulai lapuk
Ketika tak terasa lagi aroma asam jeruk
Tak mampu aku mengolah
Bukan gubuk, hanya sampah
Aku bahkan tidak butuh kesempatan
Untuk lari dan tetap tegak
Seperti paku pada papan
Tampak jelas reruntuhan kelopak
Berikan aku sayap, untuk terbang
Berikan aku peta, hingga jejakku mencapai sabang
Kala aku ingin bebas
Berikan aku rantai yang tak lepas
Aku..bersama jeruji
Bukan yang lain, namun janji.
Bilik, 27 April 2017
Tasia Rozakiah